Kamis, 23 Desember 2010

Kehilangan....

Berkali kali aku coba untuk mengalah, terus begitu, tapi rupanya ini dianggap kelemahan, sehingga kamu terus melakukannya, sudah cukup. Aku tidak percaya lagi dengan kata-katamu. Aku sudah tidak mengenal lagi dirimu. Semuanya antara kita kini asing. Aku tak lagi merasa dekat denganmu. Tak lagi ada rasa hormat. Tak lagi ingin mengagumi. Aku cukup menyadari dan bersyukur Allah masih mengingatkan aku akan kehilangan terbesarku. Dirimu. Aku kehilangan sosok pembimbing yang dulu begitu kupuja. Aku belajar banyak hal. Aku cukup berterimakasih padamu. Tapi aku tak akan lagi merasa harus mendukungmu dan semua idealisme palsumu! Maaf. Tapi aku hanya punya satu maaf untukmu. Jangan meminta lagi. Aku selama ini bertahan. Kutulis surat penuh kasih untukmu karena aku menyayangimu. Aku ingin mengingatkan bahwa apa yang kau lakukan selama ini salah. Kuakui aku seorang masih gadis kecil di matamu. Tapi aku, gadis kecilmu ini, sudah mengerti apa yang harus dia lakukan, ia sudah bermetamorfosis menjadi gadis matang, bukan hanya sekedar wanita lugu dan polos lagi. Kau yang mengajari aku untuk menjadi cerdas. Aku mengikutimu. Caraku dan caramu sama. Dulu. Tapi tidak ingin kuakui itu sekarang. Aku terlampau muak. Aku terlalu jijik untuk merasa mirip denganmu. Tolong mengerti. Kau sudah bukan siapa-siapa bagiku. Aku sudah lelah mencoba memahami akan semua topeng palsu yang kau kenakan, dan kini, kupilih jalanku sendiri.....

Rabu, 08 Desember 2010

Just be my self

Saat kita kecil, pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang dewasa adalah 'kalau sudah besar mau jadi apa??'
Ada banyak jawaban. Bermacam-macam. Tapi jawaban yang terbanyak adalah 'mau jadi dokter' dengan kepolosan yang sama. Hampir semua anak kecil bercita-cita seperti itu. Begitupun gw. Tapi sekarang, jika masih ada yang mengajukan pertanyaan sama,  gw akan jawab 'mau jadi diri sendiri'  dan berharap orang yang bertanya tersenyum puas dengan jawaban itu. Pikirkan.

Biarkan semuanya mengalun sesuai nada takdirnya. Aku tak berharap muluk, hanya bermimpi, namun tak ingin mimpi itu menghancurkan keteguhanku. Keyakinan akan tangan Tuhan yang akan selalu terulur ketika aku percaya pada ketetapan-Nya yang selalu akan menjadi hal terbaik.
Pernah gw mencoba bertanya pada diri sendiri, 'Apakah kamu percaya pada Takdir?'  dan jawaban yang kudapat 'aku masih bingung, dapatkah manusia mengubah takdirnya??'. Tak mudah untuk menemukan jawaban dari rasa ingin tahuku. Perlu perjalanan. Panjang. Penuh alang. Dan gw sama sekali masih jauh dari kata tercapai. Sampai sekarang terkadang gw sering merenung, apa yang membuat orang rela mengorbankan kedamaian hidupnya hanya demi harta?? Obsesi yang berlebihan terhadap kesenangan dunia. Padahal itu semua fana. Gw heran, kenapa anak-anak jaman sekarang saling berlomba dalam prestise, selalu menonjolkan status sosial. Pembicaraan mereka selalu soal harta yang padahal sama sekali bukan milik mereka. Gw selalu meracau sendiri, 'Woooy! Masih ngemis ama orangtua aja sombongnya tulung-tulungan lo!' ketika gw liat remaja-remaja ababil yang menenteng-nenteng provider ciri sosial mereka, memamerkan bahwa 'gue orang kaya', tapi pikiran mereka dangkal, wawasannya NOL besar, gak punya social sense, tapi omongnya besar minta diazab. Gw juga gak sempurna meeen, tapi seenggaknya gw gak selalu ngoceh 'gak ada waktu buat memikirkan oranglain'. Emang lo pikir lo hidup sama semut doang? Sadar doooong! Kalo lo mau hidup mengurusi diri sendiri aja, mending lo hidup sama serangga-serangga yang gak butuh bantuan lo.

Dan akhirnya gw pun mengerti. Bahwa sebenarnya hidup ini sederhana jika kita memandangnya dengan sederhana pula. Sementara sebaliknya pula, ketika kita memandang hidup ini sebagai keagungan dan kemewahan, gak akan ada habis-habisnya kita mengejar itu semua. Gak ada kepuasan sama sekali. Padahal keglamouran itu terus menerus selalu bertambah, sehingga ketika anda tak mampu lagi meraihnya, bersiap-siaplah untuk jatuh, amat dalam, anda akan terpuruk sampai-sampai anda menganggap bahwa kematian lebih baik bagi anda. Well, berbeda dengan orang yang memandang sederhana hidup, mereka adalah orang-orang yang selalu mensyukuri hidup ini. Ketika mereka jatuh, mereka yakin itu adalah anugerah dari Tuhan yang percaya pada kekuatan mereka menghadapi kerasnya kehidupan di tengah arus kemewahan dunia. Dan mereka merasa cukup dengan bersyukur. Sekarang anda tinggal pilih, mau masuk golongan yang mana. Semuanya hanya tinggal pilihan.
--end--

Semua manusia tercipta memiliki jalan hidup masing-masing. Tak selalu indah. Pasti suatu saat akan  kehilangan arah. Saat itulah manusia selalu mengeluh. Mencaci. Meratapi diri. Menyalahkan Tuhan. Memvonis Dia tak adil. Tak terkecuali. Sungguh semuanya pasti pernah mengalaminya. Merasa diri kita yang paling tidak beruntung, padahal Tuhan masih memberi kehidupan dan sudah seharusnya kita bersyukur. Hidup memang tak mudah. Sulit pun sebenarnya hanya hakikat. Namun sesungguhnya hidup ini sederhana, jika kita memandangnya dengan sederhana pula.  Makin dewasa manusia, semakin tinggi alang yang menunggunya. Tapi kita pun semakin kuat, semakin tegar, semakin menyadari bahwa sejatinya hidup adalah tantangan. Perjuangan. Pengorbanan. Pengabdian. Dan kita pun bisa memilih mau menjalaninya seperti apa.
.

*Jangan mengeluh. Karena kita tidak bisa memilih dimana kita dilahirkan. Bersyukurlah.  #untuk semua  orang yang merasa hidupnya kurang beruntung karena status sosial.